Polisi memperketat daerah perbatasan kota Tarakan, Kalimantan Timur. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya konflik yang meluas pasca bentrok yang kembali terjadi Selasa 28 September malam.
"Penjagaan kita komunikasikan lebih di Kapolda Kalteng, Kalbar. Semuanya menginformsikan agar di luar tidak timbul solidaritas yang sempit," ujar
Wakadiv Humas Polri Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (29/9/2010).
Menurut Yoga, konflik di Tarakan bersifat spontan. Karena itu pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan kerumunan atau gerombolan untuk menghindari hal-hal yang memancing.
Lebih lanjut, Yoga mengatakan Polri tidak akan melakukan sweeping pada warga. Pihaknya menekankan pada komunikasi.
"Kita mengedepankan komunikasi baik dari tokoh sentral, perangkat kelurahan, gubernur untuk ikut berperan," kata Yoga.
Polri juga sepakat agar konflik tidak boleh meningkat eskalasinya. Deputi Operasi Kapolri Irjen Soenarko memimpin langsung di Tarakan untuk mengerem dan menghentikan eskalasi konflik.
"Karena ini eskalasi yang terus berkembang, maka respons dari Mabes Polri mengambil sikap yang lebih baik," imbuh dia.
Yoga menuturkan, Kapolri juga telah melaporkan setiap perkembangan di Tarakan kepada Presiden SBY dan Menko Polhukam Djoko Suyanto. "Beliau juga sudah koordinasikan dengan pihak TNI," tutup Yoga.
Sebelumnya kronologi yang dilansir Mabes Polri menyebutkan, bentrokan di Tarakan itu melibatkan kelompok warga dari Suku Bugis dan Suku Tidung. Kejadian itu dipicu perkelahian dua kelompok pemuda dari masing-masing suku di Kampung Juata Permai, Tarakan pada Minggu (26/9), sekitar pukul 22.30 Wita.
Korban tewas yang sebelumnya 1 orang kini bertambah 2 orang. Sehingga korban tewas menjadi 3 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar